Selasa, 12 Juli 2016

Langkah pendinginan properti di China ternyata efektif mengekang lonjakan harga.
Terbukti, tidak semua kota-kota di Negeri Tirai Bambu itu yang mengalami kenaikan harga jual rumah baru pada Juni 2016.
Menurut Biro Statistik Nasional (NBS) China, harga rumah baru naik di 55 dari 70 kota. Jumlah itu turun dibandingkan bulan Mei yang dilaporkan terdapat 60 kota dengan peningkatan harga rumah.
Sebaliknya, untuk penurunan harga terjadi di 10 kota. Ini lebih tinggi bila dibandingkan laporan bulan Mei yang hanya empat kota, sedangkan lima kota lainnya menunjukkan harga stabil.
Pertumbuhan harga rumah di kota lapis pertama dan harga rumah sekunder di kota lapis kedua China mencapai puncaknya pada beberapa bulan pertama awal 2016.
Kota lapis kedua macam Nanjing dan Suzhou dikenakan pembatasan untuk mengendalikan pasar yang terlalu panas pada kuartal II-2016.
Hal yang sama juga dilakukan di Shenzen dan Shanghai untuk mengendalikan lonjakan harga.
Baru-baru ini, Xiamen dan Hefei yang berada di Selatan China mengalami kenaikan harga rumah sebesar 30 persen dalam 12 bulan terakhir. Hal ini kemudian berujung pada kenaikan minimum persyaratan uang muka.
"Secara keseluruhan pertumbuhan harga rumah bergerak moderat," kata Ahli Statistika Senior NBS Liu Jianwei.
Hefei yang merupakan ibu kota provinsi Anhui mencatat kenaikan harga rumah paling tinggi per Juni 2016, yakni 4,9 persen dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, laju harga rumah di kota-kota besar cenderung stabil. Di Beijing, harga rumah baru naik 2,3 persen pada Juni silam, sedangkan di Shanghai, harga rumah tercatat hanya meningkat 2,4 persen pada periode yang sama.
Kejatuhan harga rumah paling besar terjadi di Jinzhou, utara Provinsi Liaoning yang tercatat turun 0,5 persen pada Juni 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.